Senin, 06 Oktober 2014

Biograpi



Biografi  KH. Muhammad Amin Halim

Nama lengkap KH. Muhammad Amin Halim Bin Kyai Muhammad Bin KH. Ismail. Lahir pada tahun 1931 di Desa Merta Siaga (sekarang namanya Desa Grogol)  Kecamatan Cirebon Barat (sekarang namanya Kecamatan Gunung Jati)  Kabupaten Cirebon.
Istri  KH. Muhammad Amin Halim bernama  Hj. Nyai Masturoh Amin dan di karunia putra 6 orang anak.

      Beliau  wafat di Desa Babakan, Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Komplek Muqbarok Abdul Hanan, Babakan Selatan. Kabupaten Cirebon. ( 50 meter dari jalan raya Cirebon-Bandung )

Karir  : Yang pernah di alami
  1. Pendiri Pondok Pesantren Mu’Allimin-Mu’ Allimat babakan Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat.
  2. Pendiri Madrasah Alhikam Mussalafiyah
  3. Pendiri Madrasah Muallimat Alhikam Mussalafiyah 
  4. Pendiri MAN Model Babakan-Ciwaringin
Jabatan :  Yang pernah di pegang

  • Pengasuh Pondok Pesantren Mu’Allimin-Mu’ Allimat babakan Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat.
  • Kepala Sekolah Aliyah Mu’klimat
  • Kepala Madrasah Alhikam Mussalafiyah
  • Kepala Sekolah pertama MAN Model
  • Dosen IAIN Babakan Ciwaringin
  • Pimpinan Jami’ah Hadiyu

Pendidikan:  Sekolah Rakyat (SR) dan melanjutkan di pondok-pondok  pesantren, seperti di

  • Pondok Pesantren Babakan-Ciwaringin, Cirebon
  • Pondok Pesantren Arjawinangun, Cirebon
  • Pondok Pesantren Kali Wungu, Kendal, Jawa-Tengah
  • Pondok Pesantren  Pondok Lasem, Rembang, Jawa-Tengah
  • Pondok Pesantren  Sarang, Rembang, Jawa-Tengah
  • Pondok Pesantren  Lirboyo, Kediri, Jawa-Tengah
  • Pondok Pesantren  Tebu Ireng, Jombang, Jawa-Timur



MENGENAL BIOGRAFI FIGUR

KH. MUHAMMAD AMIN HALIM
Pada Tahun 1927 M tepatnya  di desa merta Cirebon Utara  telah lahir seorang tokoh pejuang islam, khususnya  di desa babakan beliau adalah al maghfurlah KH Muhammad Amin Halim  yang nama lengkapnya adalah KH Muhammad Amin Abdul halim selaku generasi penerus dalam memperjuangkan kepesantrenan di wilayah babakan selatan

Saat beliau kecil, beliau selalu mengisi hari-harinya dengan mengaji pada kiyai yahya di desa buyut cirebon utara yang kemudian perjuangannya dilanjutkan untuk mesantren di desa babakan ciwaringin cirebon tepatnya pada KH. Masduki Ali. Setelah sekian lama beliau menimba ilmu di desa babakan kemudian ia melanjutkan untuk mencari ilmu ke Arjawinangun pada KH. Syatori ayah KH. Ibnu Ubaidilah Syatori. Seusai mesantren di arjawinangun, beliau melanjutkan ke pesantren tebu ireng pada Hadratus syeikh KH. Hasyim As'ari. Dengan di dasari sebuah tekad yang mantap dan pasti, beliau melanjutkan ke pesantren lasem pada KH. Ma'sum. Kemudian dilanjutkan ke pesantren sarang Rembang pada KH. Zubair yang pada akhirnya masa pesantren beliau berakhir di pesantren lirboyo kediri yang pada saat itu di asuh oleh KH. Abdul Karim ( Mbah Manap ) dan KH. Mahrus 'Ali yang berasal dari desa gedongan cirebon utara.
            Sewaktu mesantren di lirboyo, beliau mendirikan organisasi santri jawa barat bersama teman-temannya diantaranya KH. Royyani dari Brebes, organisasi :
            Sepulang dari pesantren lirboyo beliau diangkat mantu oleh Al marhum Al magfurlah KH. Abdul Hanan yang kemudian ditugasi untuk ikut serta memajukan MHS.
            Bermula dari tahun 1970 M beliau pernah menjadi kepala Madrasah Al Hikamus Salafiyyah tingkat 'Aliyah hingga tahun 1990 M. Beliau juga pernah menjabat directorium MAAIN ( Sekarang MAN ) Babakan Ciwaringin dari tanggal 23 Mei 1970 hingga tanggal 25 November 1970 M.
            Setelah menjalani usia selama 63 tahun tepatnya pada tahun 1990 M beliau berpulang Kerahmatullah dengan meniggalkan 9 anak ( KH. Zamzami Amin, KH. Marzuki Ahal, Ust. H. Muhammad Thoha, Ust. H. Saefullah Amin, Ust. H. Nasruddin, Ust. H. Syahid Fanani, Ustd Royyanahch, Ust. H. Ali Hanan, Ustd. Zuhriatul 'Aini ). Sebelum Wafat beliau pernah Wasiat kepada anaknya yang pertama ( KH. Zamzami Amin ).
" Zam !!! Urip aja di gawe angel, Gawea Gampang, sebab agama islam iku gampang " beliau ucapkan Wasiat itu berulang-ulang sebagai penguat untuk dijadikan pegangan hidup kelak, baik untuk anak-anaknya dan santri-santrinya. Akhirnya perjuangan beliau diteruskan oleh putra-putra beliau dalam menhgidupkan jariah abahnya yaitu berupa pesantren yang bernama Mu'allimin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar